Sabtu, 12 Juli 2008

Info Bank

Bank Perbesar Kredit UMKM

JAKARTA - Ketika sektor korporasi mash stagnan, perbankan makin melirik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Itu bisa dilihat dari besaran kredit kesektor tersebut yang terus membesar sejak awal tahun. Jika pada awal tahun outstanding kredit ke UMKM mash berkisar di angka Rp496,92 trilyun, per April 2008 angkanya sudah mencapai Rp 535,17 trilyun.
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Penyaluran kredit ke UMKM menjadi pilihan ketika gerak per- usahaan-perusahaan besar masih diliput ketidak pastian karena gejolak perekonomian belum sepenuhnya mereda. “Kalau kami memang sejak dulu sudah sangat fokus di kredit UMKM,” ujarnya di Jakarta kemaren (30/6). Hartono mengatakan, BRI hanya mengalokasikan 20 persen dari penyaluran kreditnya untuk sektor korporasi. Itupun untuk korposai berbasis agribisnis yang masih punya kaitan dengan UMKM dikawasan perdesaan. “Sekitar 80 persennya untuk UMKM. Itu sudah jadi patokan.” Kata Hartono, BRI akan lebih fokus kepenyaluran kredit UMKM yang menjadi satu kesatuan dengan program-program pemerintah. Selai ekspansinya lebih masif, dalam program semacam itu industri perbankan akan lebih dimudahkan. “Dengan ikut diprogram pemerintah, berarti mengurangi ATMR (aktiva tertimbang menurut risiko, Red),” tuturnya. Begitu pula untuk penyaluran kredit usaha rakyat (KUR). Per 2 juni, realisasi KUR BRI Rp 4,08 trilyun. Kredit sebesar itu disalurkan kedapa 627.471 debitor. Hal senada diungkapkan Corporate Secretary
PT Bank Bukopin Tbk Riyanto. Menurut dia, sektor UMKM tetap akan tumbuh disaat perekonomian sedang bergejolak. Itu karena sektor tersebut menjadi safety belt dari jurang pengangguran. “Sifatnya lebih Fleksibel, sehingga selalu bisa bertahan,” terangnya. Dia menjelaskan, KUR yang sudah disalurkan Bukopin mencapai RP 525 miliar. “Responsnya sangat besar, meski sebagian besar masih ada di Pulau Jawa,” katanya. Kredit UMKM bank yang baru saja mengakuisisi BPI itu kini mencapai Rp 2,2 triliun, atau tumbuh sekitar 20 persen dari periode yang sama tahun lalu. “Kami akan terus memperbesar penyalurannya,” ujarnya.Terkait kondisi bunga kredit, Bukopin belum menaikannya. Mereka akan melihat terlebih dahulu perkembangan perekonomian pada awal-awal semester kedua tahun ini.
Corporate Secretary PT Bank Mega Tbk Dony Oskaria menyatakan, penyaluran krediat UMKM secara teknis mungkin relatf lebih ruwet dibandingkan penyaluran kredit korporasi. Namun, biaya dananya terbilang lebih murah. “Sehingga lebih kompetitif.” Bank Mega sendiri, kata dia, berupaya terus menyeimbangkan komposisi penyaluran kredit antara sektor koporasi, UMKM, maupun konsumer. Meski hingga kini masih didominasi kredit korporasi pertumbuhan kredit UMKM di bank kelompok para group ini terbilang sangat pesat.

===================================================================

Bank Kerek Bunga Dana

JAKARTA - Rasio kecukupan modal rata-rata industri perbankan sudah sehat dan melebihi kententuan minimal bank sentral. Namun para pelaku di industri ini tetap berupanya menjaga agar dana nasabah yang ditaruh di tempatnya tidak lari. Cara yang ditempuh adalah dengan menaikkan suku bunga simpanan atau suku bunga dana.
Wakil Presdir PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, pihaknya bakal mengerek suku bunga dana, baik itu dana murah atau dana mahal. “Saat ini kami mengkaji kemungkinan untuk menaikkan suku bunga dana. Pelaksanaannya mungkin bulan depan,” ujarnya kemaren di Jakarta (26/7).
Namun, kata dia, kenaikannya tidak akan signifikan. “Kemungkinannya hanya 25 basis poin,” ujarnya. Itu berlaku untuk semua jenis dana, baik tabungan, giro, maupun deposito. Sekedar gambaran, saat ini suku bunga deposito berjangka satu bulan di BCA mencapai 5,5 persen per warsa ,Jahja mengatakan, langkah tersebut dilakukan untuk men- jaga dana nasabah agar tidak
lari. Hal itu mengingat laju in- flasi yang meninggi tentu di sikapi nasabah dengan meminta bunga yang tidak terlalu lebar dari inflasi. “Selisih suku bunga dan inflasi yang terlalu lebar tentu membuat nasabah merasa dirugikan,” tuturnya. Sebab, return dana simpanannya sulit mengimbangi laju kenaikan harga barang dan jasa akibat lonjakan inflasi.
Direktur PT Bank Niaga Tbk Catherine Hadiman menyatakan, kenaikan suku bunga dana sulit dihindari untuk menjaga tidak adanya nasabah yang menarik dananya karena terpikat kenaikan suku bunga di bank lain. “Kami sedang mengkaji kemungkinan tersebut.” Hanya saja, dia mengatakan, konsekuensi dari naiknya suku bunga dana adalah ikut terkereknya suku bunga kredit. “Sebab, bank masih harus menjaga NIM (net interest margin, Red),” katanya. NIM adalah selisih suku bunga bersih antara yang didapatkan bank dari debitor dan yang harus diberikan bank kepada nasabah. Bank, kata dia, berupaya mempertahankan margin meski mandapatkan keuntungan dari pendapatan nonbunga (fee based income).
===================================================================

Tidak ada komentar: